English · My Chaotic Philosophy

#LearnToday 13: Mind-guessing Game

“I think if I’m a game, I will be a very-fun-plus-depressing one.

Because my mind is super stochastic that is impossible to be guessed, even for me myself. Because my chronic tendency of spontaneus and surprising actions makes no one able to see what I will and wanna do.

(I even give me myself a heart attack sometimes. Like, today, for example.)”

Bahasa · My Chaotic Philosophy

Sebuah Catatan Untuk Angka 24

Saya pernah berkata pada seorang teman, “Kamu beruntung baru ketemu aku sekarang. Nggak jaman dulu pas aku masih alay korea-koreaan, nggak jaman dulu pas aku masih nggak tau tujuan hidup aku apa dan apa yang mau aku lakukan di masa depan, nggak jaman dulu pas aku masih tantrum dan nggak bisa kendaliin emosi, bahkan nggak jaman dulu pas aku masih lari gaya Naruto.”

Iya serius, Naruto.

Tau kan gaya lari Naruto? Badan agak condong ke depan sekitar 45 derajat, kepala diluruskan dengan punggung, tangan membentang ke belakang, kaki diayunkan lebar-lebar.

1460155122620

Iya, begitu.

Ingat dulu saya pernah lari gaya begitu bikin meringis deh. Super cringe. Ternyata saya pernah se-freak itu, sekaligus se-nggak pedulian itu sama pendapat orang lain tentang pembawaan diri saya. Anehnya, walau saya dihujat sana-sini tapi kok saya bisa tetap stay cool aja ya. Ah mungkin dulu saya memang se-cool dan se-antikemapanan itu ya. Pantes saya banyak dibully :((

Bicara tentang masa depan, lucunya adalah sepertinya saya masih belum berubah, saya masih nggak tau akan jadi apa dan apa yang ingin saya lakukan. Blank. Gelap.

Bedanya hal itu masih wajar jika dikatakan di usia dengan kepala 1 tapi jadi hal yang tabu jika sudah menginjak kepala 2. Ketika mulai menginjak kepala 2, saya menyadari bahwa dunia mengharuskan kita paham dengan apa yang kita lakukan. Nggak boleh ada kata “I have no idea of what I’m doing actually,” yang terucap. Padahal kenyataannya, diri saya di usia dua puluhan masih sama clueless-nya dengan usia belasan dulu.

Sedikit lebih pintar? Oh iya pasti. Lebih good-looking? Eh, ya memang dulu saya belum tau cara merawat diri sih, tapi kayaknya sama aja. Lebih berani? Hm… Saya kira saya memang sudah nekad dan gila dari sananya jadi nggak ada perubahan. Lebih dewasa? Jika dewasa itu dianalogikan dengan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan tepat, pastinya tidak.

Kenyataannya, saya nggak tau apa yang sebenarnya saya lakukan sekarang ini. Kehidupan karir saya berantakan, kehidupan percintaan juga berantakan, kesehatan nggak keruan, finansial juga carut-marut, kehidupan sosial apalagi. Jika ini adalah aspek-aspek hidup yang mereka harapkan untuk dapat tercapai dengan stabil dan well-achieved, saya jelas gagal total.

TBH saya nggak tau kenapa saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya sebelumnya yang secara otomatis membuat finansial saya seperti dilanda topan badai dadakan. Saya memutuskan nggak ingin melakukannya lagi karena saya sudah nggak menikmatinya. Itu, dan tuntutan skripsi yang menunggu untuk diselesaikan. Saya nggak tau kenapa saya menyudahi hubungan itu atau kenapa saya kembali ke rumah untuk menghadapi seluruh anggota keluarga yang judmental setiap hari yang kemudian membuat saya terserang insecurity, anxiety, dan social trauma berkepanjangan. Lalu saya juga nggak tau kenapa dengan semua hal yang terjadi tersebut, saya masih juga mengambil risiko SANGAT BESAR untuk mulai mengembangkan bisnis saya sendiri.

Mungkin jawabannya cuma satu: Insting.

Saya sering sekali bertumpu pada insting untuk memutuskan segala sesuatu. Jika ciri-ciri orang dewasa adalah senantiasa berpikir logis, jelas saya nggak masuk kriteria. I just can’t see any other way. My heart told me so. My instict told me so.

Tapi jika dipikir-pikir lagi, bukankah ini salah satu bentuk dari independensi? Atas diri sendiri mau pun orang lain. Lima atau sepuluh tahun yang lalu, mungkin saya nggak punya keberanian untuk melakukan hal-hal tersebut. Mungkin saya akan tetap patuh dengan apa yang orang lain tentukan untuk hidup saya. Mungkin saya akan mengikuti kungkungan logika saya, sekalipun saya tersiksa setiap hari.

Oke itu satu skor untuk saya versi 24. Ternyata walau clueless dan hidup carut-marut, saya punya level independensi yang lebih tinggi. Dan sepertinya kemampuan berjudi yang lebih tinggi juga karena, bukankah memutuskan sesuatu berdasarkan insting itu sama saja dengan berjudi? Bingo.

Hidup dengan aman itu mungkin menyenangkan, ya. Tapi jika amannya di dalam penjara dan setiap hari berulang sama, lantas di mana senangnya?

Saya belajar satu atau dua hal dari hal tersebut. Dari kesalahan-kesalahan dan kebodohan yang saya lakukan seumur hidup saya. Maka ini sedikit catatan untuk saya versi 24 (dan mungkin untuk kamu juga):

  • Jika kamu sudah masuk kepala 2 tapi masih belum tau apa yang ingin kamu lakukan dengan hidup kamu, ternyata banyak yang kepala 4 hingga 5 pun tidak tau apa yang ingin mereka lakukan dengan hidup mereka. Maka list saja dulu keinginanmu lalu kejar satu-persatu. Tiap poin yang kamu coret eventually will bring you to a certain place and certain position. And therefore your story begins without you even notice. Ternyata begitulah cara kerjanya.
  • Kalau kamu merasa sepertinya sekali lagi mengambil keputusan yang salah, yaudah YOLO aja. Kebebasan untuk mengambil keputusan tetap saja adalah kebebasan, sekali pun keputusannya kebetulan salah. You’ve fight to have your own voice and independency this whole 24 years, don’t take it for granted.
  • Kalau ada cowok deketin kamu, tanpa basa-basi langsung aja tanya “Mau nikah atau mau main-main aja? Kalau main-main sih bye aja. Kalau mau nikah emang situ udah punya apa? Saldo di rekening udah berapa?” Karena kamu se-beyond priceless itu dan nggak ada yang layak membuang waktu kamu.
  • Jangan meremehkan insting. Saya punya contoh seseorang yang selalu mengandalkan instingnya tapi mampu berjalan sangat jauh dan mendapat banyak sekali achievement: Ya, dia adalah diri saya sendiri. Dan saya baru menyadarinya sekarang.
  • Lain kali kalau kamu merasa hidupmu berantakan dan memalukan, ingatlah jaman dulu saya pernah lari pake gaya Naruto. Itu jauh lebih memalukan.

Selamat ulang tahun terlambat tiga hari. Selamat menjadi 24, Oka.

20180321_000152