Kemarin lusa seharian rasanya aneh, lalu aku ingat-ingat ada apa, bahkan aku sampai scroll lagi post lamaku di blog ini. Oh, rupanya tepat di tanggal 5 Mei tahun lalu, ada kejadian itu toh.
Aneh ya rasanya bernegoisasi dan dimintai tolong oleh Tuhan? Baru dengar kan? Bocoran saja, kata-kata Tuhan selalu muncul dalam bentuk pemikiran yang asing (seolah bukan berasal dari diri kita sendiri) tapi hangat dan bersahabat.
Dia mintai aku tolong untuk membawa seseorang kembali kepada-Nya. Saat itu aku ragu dan takut karena orang ini salah satu sumber awan hitam di atas kepalaku lama sekali, dan ‘Memangnya tidak bisa Dia membawa orang itu sendiri? Dia kan Tuhan? Katanya Tuhan bisa melakukan apa pun? Kenapa harus lewat aku?’ begitu dulu aku memprotes.
Ah, tapi membaca kembali tulisanku saat itu, aku baru sadar ternyata Dia meminta bantuanku bukan untuk menyelamatkan orang itu, melainkan justru untuk menyelamatkan AKU. Agar aku bisa menghadapi hal-hal gelap di bawah alam sadarku yang selama ini aku hindari dan sembunyikan dalam-dalam. Supaya aku bisa sembuh.
Dulu aku takut bukan cuma dengan pikiran bahwa aku gagal, tapi juga bagaimana kalau aku masuk ke jurang yang sama lagi? Tempat aku terpuruk di dalam gelap selama belasan bulan lamanya.
Tapi Dia bilang begini: “Then I will save you before it happens. Don’t worry, no one can harm you. I always protect you all the time. You are safe.”
Dan ternyata memang itu yang Dia lakukan. Dia selamatkan aku di saat yang tepat.
1 tahun berselang, ternyata justru permintaan tolong-Nya itu yang membersihkan salah satu sampah alam bawah sadarku. Traumaku banyak, tapi yang satu itu adalah salah satu yang paling besar dan sekarang sudah sembuh total.
Aneh, rupanya Tuhan sayang sekali padaku yah? Tapi cara-Nya menolong memang ajaib sekali alurnya. Tidak bisa diterka akal manusia.
Hubunganku dan Tuhan cukup aneh memang. Aku bukan orang alim yang ke mana2 menebarkan ayat kitab suci, atau berpakaian seperti stereotipikal orang suci, pun tidak berlaku seperti yang para polisi moral harapkan. Tapi kami (aku dan Tuhan) dekat dengan cara kami sendiri. Aku cari Dia melalui jalanku sendiri, dan Dia bersedia menjawab aku tanpa pretensi dan penghakiman apa pun.
Kita semua dibesarkan dengan pemikiran Tuhan akan menghukum jika kita begini dan begitu, jika kita melakukan ini dan itu. Tapi kalau kamu mendekat kepada-Nya dengan hati nurani dan caramu sendiri, sesungguhnya Tuhan itu tidak menghakimi, Tuhan akan selalu menerima dengan tangan terbuka. Persepsi dan ego manusia-lah yang membuat-Nya seolah menjadi hakim paling kaku dan kejam di alam semesta.
Jadi, ketika kamu menghakimi orang lain atas cara dia beragama, kamu harus balik tanya ke dirimu sendiri. Mana yang sebenarnya kamu sembah? Tuhan, atau EGO-mu?
Wah jadi bahas urusan ketuhanan, kan, haha. Nevertheless, dengan ini aku semakin belajar bahwa kata-kata bijak mengenai “Ujian hidup adalah salah satu sarana Tuhan untuk menaikkan derajat manusia,” itu memang benar adanya.
It is hard, but keep the faith.